Perkampungan Batik Laweyan

Menginap di Roemahkoe Bed & Breakfast tidak sekadar tidur dan menikmati sarapan, tapi lebih dari itu, ia adalah bagian dari lingkungan yang lebih besar, yakni Kampung Batik Laweyan – yang di dalamnya juga terdapat Museum Samanhoedi.

Pada periode 1859 – 1870-an Solo merupakan pusat utama industri batik. Bagian timur dan tengah kota, seperti Kauman, Keparabon, dan Pasar Kliwon membuat batik halus. Sementara bagian barat kota, khususnya Tegalsari dan Laweyan memproduksi batik cap untuk konsumsi massal. Selain itu, Kauman adalah tempat bermukimnya para pegawai urusan agama Kasunanan.

Laweyan adalah tempat bermukim saudagar pribumi dari golongan rakyat kebanyakan. Perdagangan batik borongan untuk “pasar nasional” dikuasai orang Tionghoa dan Arab, sedangkan perdagangan batik tingkat lokal dikuasai pedagang-pedagang Jawa.

Kampung Laweyan sudah ada sejak abad ke-15 pada masa pemerintahan Kerajaan Pajang. Daerah ini dulu banyak ditumbuhi pohon kapas dan merupakan sentra industri benang yang kemudian berkembang menjadi sentra industri kain tenun dan bahan pakaian. Kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian ini sering disebut dengan Lawe, sehingga daerah ini kemudian disebut dengan Laweyan.

Laweyan terkenal dengan bentuk bangunannya, khususnya arsitektur rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, Cina, dan Islam. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau “beteng” yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik, seperti kawasan to­­wn space.

Di kampung ini juga dapat ditemukan Makam Kyai Ageng Henis dan Sutowijoyo (Panembahan Senopati), bekas pasar Laweyan, bekas Bandar Kabanaran, makan Jayengrana (Prajurit Untung Suropati), Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, dan tentu saja rumah H. Samanhoedi, pendiri Serikat Dagang Islam.

Berjalan-jalan ke sudut-sudut gang di Laweyan seperti menyusuri jejak sejarah masa lalu. Tembok-tembok tua dengan warna yang memudar itu menjadi saksi bisu atas masa kejayaan batik Laweyan. Bahkan di dalam tembok-tembok yang angkuh tersebut masih berdiri rumah-rumah mewah pada masa lalu yang masih terawat dengan baik.

Batik, bahkan sampai saat ini, tidak bisa dilepaskan dari Laweyan. Itu sebabnya, sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Laweyan dalam era kekinian didesain sebagai kampung batik terpadu. Di atas lahan seluas 24 hektare inilah, pengelola kampung batik Laweyan menciptakan suasana wisata dengan konsep “rumahku adalah galeriku”. Artinya, rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi.

Konsep pengembangan terpadu ini nyatanya memang berhasil memunculkan nuansa batik di Laweyan, yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni tekstil dan garmen khas Indonesia tersebut. Di antara ratusan motif, jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntun merupakan ciri khas utama batik Laweyan.

Kroncong, karawitan dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Kelengkapan khasanah seni kampung batik Laweyan tersebut itulah yang menjadi daya tarik para wisatawan, baik dari Indonesia sendiri maupun asing (Jepang, Amerika Serikat dan Belanda). (Burhan Abe)

Related Stories

spot_img

Discover

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Nasionalisme Di Era Algoritma

Oleh: Denny JA (Di tahun 2024, sambil memainkan aplikasi kecerdasan buatan, anak muda itu merenungkan...

HUT, Destinasi Kuliner dan Gaya Hidup Terbaru di Bali

HUT Café kini hadir sebagai magnet baru bagi pencinta kuliner di kawasan Seminyak, Bali....

Apéritif dan Pinstripe Bar: Bawa Suasana Internasional ke Dunia...

Mendekati akhir 2024, duo restoran dan bar favorit di Bali, Apéritif dan Pinstripe Bar,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here