Abad 21 dan Munculnya Gen C

Indonesia di awal abad 21 adalah negeri dengan 180 juta ponsel di saku penduduknya, 50% di antaranya adalah smartphone yang bisa digunakan untuk berinternet. Nasionalis, tapi sekaligus narsis – selalu memasang foto-foto kegiatan terbaru di Facebook dan rajin mengetwit di Twitter, pendeknya akrab dengan socialmedia. Mereka adalah penentu perekonomian masa depan, ketika akhir  2010 pendapatan per kapita mencapai 3.000 dolar AS. Bagaimana memetakan perubahan di abad 21 ini? Inilah sebagian jawabannya, yang dinukilkan dari buku Cracking Zone karya Rhenald Kasali.

CHANGE! Itulah kata-kata sakti yang selalu didengung-dengungkan oleh agen perubahan, tidak hanya di dunia politik tapi juga bisnis dan manajemen. Salah seorang penganjur perubahan di Indonesia adalah Rhenald Kasali. Guru besar Fakultas Ekonomi UI ini adalah pemikir sekaligus praktisi perubahan – ia juga pendiri Rumah Perubahan. Ia menulis untuk membedah mindset masyarakat, mengubah cara berpikir orang, memperbaiki organisasi, perusahaan berserta kepemimpinan dan sikap karyawannya.

Buku-buku Rhenald selalu menghebohkan, dan kali ini adalah Cracking Zone. Bagaimana memetakan perubahan di abad 21 dan keluar dari perangkap comfortzone? Itulah yang hendak dijawab lulusan University of Illinois at Urbana Champaign, AS, ini dalam buku terbarunya.

Buku ini merupakan sekuel karya Rhenald sebelumnya tentang perubahan.  Sekurangnya, buku setebal 356 halaman ini menbedah perubahan era digital melahirkan rekahan-rekahan peluang. Persoalannya, hanya mereka yang berjiwa cracker yang mampu membaca peluang itu.

Indonesia adalah negeri paradoks, bad news dan good news sama kuatnya. Serangkaian berita buruk kita bisa kenali dengan mudah, mulai dari rontoknya kepercayaan masyarakat terhadap aparat, perilaku pejabat yang korup, birokrasi yang lamban, lalu-lintas yang buruk, ketidakkapabelan tokoh publik, dan seterusnya.

Di sisi yang lain kita melihat bergeraknya perekonomian, penghasilan guruh yang makin meningkat, bergairahnya kewirausahaan, pendapatan per kapita yang hampir menyentuh 3.000 dolar AS, yang yang lebih penting makin terhubungnya masyarakat berkat kemajuan internet dan teknologi informasi dan telekomunikasi – yang melahirkan fenomena social media, media yang bisa saling mendekatkan antar anggota masyarakat, khususnya onliner.

Karena bad news dan good news sama kuatnya, terjadilah “duel maut” antara keduanya. Tumbuhan dan tabrakan antar keduanya itu menimbulkan patahan, polarisasi antara kelompok “wait and see” dan kelompok crackers yang “see and do”.  Antara pesimisme-sinisme dan optimisme-positivisme. Inilah cracking zone yang bisa membuat Anda menjadi crackers atau mati ditelan zaman. Sejumlah perusahaan telah menjelma menjadi  corporate crackers, dan lihatlah apa yang mereka dapatkan dari kegigihan tersebut, dari angle melihat  Indonesia dan memimpin perubahan.

Rhenald Kasali menerangkan, seorang cracker adalah orang yang mampu membaca dan menyikapi kode-kode perubahan. Mereka memiliki fleksibilitas, dan akselerasi yang lebih baik menjalani transisi gaya hidup serba digital dengan membuka sejuta peluang.

Photo by Antoine Beauvillain on Unsplash

“Bukan tanpa risiko tentunya. Justru retakan-retakan itu seperti pedang bermata dua. Jika tak mewaspadainya, peluang itu akan mengubur gerak hasil ciptaannya sendiri. Tapi yang berhasil menjinakkannya, peluang itu akan memberi benefit bagi dirinya,” ujar pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960 ini.

Related Stories

spot_img

Discover

Vero Angkat AI ke Depan Panggung PR dan IMC

Vero memperkenalkan pentingnya Artificial Intelligence (AI) dalam komunikasi modern melalui seminar di Universitas London...

Pemasaran Influencer di Asia Tenggara: Masa Kini & Masa...

Survei Vero terhadap influencer di Asia Tenggara memberikan gambaran mendalam tentang strategi pemasaran influencer...

Lulu Bistrot Hadirkan Menu Sunday Brunch Terbaru

Nikmati pengalaman brunch santai khas Prancis di spot favorit Canggu setiap Minggu. Minggu Anda kini...

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here