Berburu Diskon Sampai Mati

NONTON di bioskop Rp10.000, makan sepuasnya diskon 50%, bahkan dengan Rp700.000 BlackBerry Gemini bisa dibawa pulang. Inilah bentuk baru belanja online yang mengubah perilaku konsumen.

Sejak beberapa bulan terakhir, Zila Safira memiliki hobi baru. Dia rajin berselancar di dunia maya. Namun, browsing yang satu ini berbeda. Alih-alih membuka situs belanja online, dia justru mengecek situs layanan gratis favoritnya yang menawarkan berbagai diskon menarik dengan harga yang amat miring. ”Wah, lagi ada paket perawatan tubuh seharga Rp150.000 cuma dengan harga Rp50.000. Ada voucher makan juga di restoran favorit cuma Rp20.000, beli ah,” sorak Zila gembira di hadapan layar komputernya.  

Diakui Zila, program voucher diskon ini seakan menjadi candu bagi dirinya. Zila, yang sebelumnya kurang suka berbelanja atau makan-makan di restoran, sekarang malah keranjingan berburu barang atau jasa di situs-situs diskon. Sebelum mulai bekerja di pagi hari, dia pasti membuka situs diskon untuk melihat penawaran menarik yang diberikan pada hari itu.Saat jam makan siang, daripada ngobrol dengan teman-temannya, dia lebih suka melanjutkan berburu diskon lagi di situs-situs diskon.  

Bahkan, sebelum berangkat tidur pun dia pasti berkutat dengan ponsel pintarnya guna membandingkan harga yang ditawarkan masing-masing penyedia layanan diskon ini. Tren situs voucher diskon berkonsep daily deals yang kini digandrungi konsumen Indonesia awalnya bermula di Amerika Serikat, sekitar 5 tahun silam. Groupon adalah pencetusnya. ”Situs tersebut banyak membuat orang tertarik hingga akhirnya memiliki lebih dari 15 juta member,” kata Head of Content Diskon Gokil, Burhan Abe.

Sementara di Jakarta sendiri, meski tren voucher ini baru masuk dua tahun lalu, tapi telah berhasil menarik animo masyarakat yang cukup besar. Hal ini dibenarkan oleh CEO Groupon Disdus Indonesia Jason Lamunda. Dia melihat masyarakat sangat terbuka dengan konsep semacam ini dan setiap harinya tak sabar menunggu penawaran menarik. Buktinya, sejak dirilis pada Agustus 2010, Disdus sejauh ini sudah memiliki 1 juta pelanggan dengan rentang usia 18–35 tahun.  

Setali tiga uang dengan diskongokil.com yang sejak diresmikan pada September tahun lalu, berhasil menjaring 6.500 anggota. Situs ini juga mencatat, terjadi transaksi belanja kupon 300–600 transaksi per minggunya, dengan pertumbuhan 30% hingga peluncuran Diskon Gokil pada Desember. ”Siapa sih yang tidak suka diskon? Masyarakat kelas atas sekalipun juga menyukai diskon. Artinya, tren ini tidak memandang usia dan golongan ekonomi,” urai Abe.  

Masing-masing situs penyedia layanan voucher ini sendiri pun memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya. Diskon Gokil, misalnya, akan mengembangkan sistem e-voucher. Jika sebelumnya member masih mencetak voucher untuk ditukarkan ke merchant, ke depan giliran voucher elektronik yang akan menggantikan voucher cetak ini dan dapat diaplikasikan melalui semua ponsel. Jangkauan layanan pun akan diperluas tidak hanya di Jabodetabek, namun juga di beberapa kota besar lainnya.  

Sementara disdus.com selain menawarkan pilihan berbelanja di merchant yang menarik, juga memberikan diskon untuk aktivitas unik sebut saja pengalaman menaiki wahana hot air balloon, kelas membuat cake dan pastry, kelas perpajakan, belajar menjahit, scuba diving, dan sebagainya. Yang membuat daily deals diburu memang karena dianggap menjadi jalan untuk membeli barang-barang atau paket impian tanpa harus khawatir kantong jebol.  

Menurut Chief Executive MarkPlus Consulting Iwan Setiawan dalam sebuah seminar bertajuk Customer Insight Tools, Practical Way to Get Creative Product, Services, and Branding Ideas, pada Februari lalu, hal pertama yang sangat menonjol dari konsumen di Indonesia ialah mereka senang berburu diskon. Menurut Iwan, hal ini berkaitan dengan cara kerja otak manusia yang melakukan justifikasi.  

Salah satunya adalah diskon yang mendorong orang melakukan justifikasi. Ini tampaknya yang bisa menjelaskan mengapa seorang mahasiswa, seperti Intan Anisa Latifah, begitu terbantu dengan adanya daily deals. Sebagai seorang mahasiswa yang belum memiliki penghasilan sendiri, berbelanja, dan nongkrong bersama teman-teman adalah kegiatan yang jarang dilakukan. Kalaupun ada keinginan kuat untuk melakukannya, harus ditahan sedemikian rupa karena bujet bulanan yang tidak mendukung.  

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Gaya Hidup Laut Tropis di Titik Paling Dinamis Canggu

Matahari belum sepenuhnya tenggelam ketika langit di atas Canggu berubah jingga keemasan. Di bibir...

The Britannic Explorer: Perpaduan Mewah Kuliner dan Petualangan di...

Menjelang peluncurannya pada Juli 2025, The Britannic Explorer, A Belmond Train memperkenalkan pengalaman kuliner...

Memimpin dengan Nilai: Kepemimpinan Spiritual di Tengah Dunia yang...

Oleh: Eileen Rachman & Linawaty Mustopoh Di era di mana transformasi digital dan disrupsi telah...

Paskah Penuh Makna di Tepi Samudra

Umana Bali menghadirkan perayaan Paskah dalam balutan kehangatan keluarga, kelezatan kuliner, dan ketenangan batin Menggantung...

BUZO Hadirkan Malam Kuliner yang Istimewa: Perpaduan Jepang–Italia dalam...

Di tengah deretan restoran trendi dan butik bergaya di Seminyak, BUZO muncul sebagai destinasi...

Ta’akana Labuan Bajo: Ketika Dapur, Minuman, dan Laut Flores...

Bayangkan sebuah malam di Labuan Bajo. Angin laut menerpa ringan, musik ambient mengalun lembut,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here