Horor

Industri perfilman Hollywood berperan penting dalam sejarah perkembangan film horor dunia. Berkat tangan dingin sang sutradara, film horor akhirnya berhasil mencuri perhatian publik – meski masih sedikit yang berhasil memboyong Academy Awards. Sebelum teknologi canggih hadir, cerita dan penokohan menjadi kekuatan utama sineas untuk menakuti penonton. Tapi kini, dengan teknologi yang semakin canggih, para sineas semakin mudah menuangkan imajinasi tanpa limitasi. Tidak ada batasan untuk memperlihatkan wujud yang lebih nyata dan mengerikan, termasuk menciptakan atmosfer menyeramkan dalam skala besar.  

Menilik ke belakang, sebelum teknologi canggih hadir, cerita dan penokohan menjadi kekuatan utama sineas untuk menakuti penonton. Alfred Hitchcock adalah sosok penting yang menjadi pelopor sinematografi horor yang khas dan banyak digunakan oleh sutradara.  

Ia memperlihatkan scare tactic bukan berdasarkan makhluk halus atau monster, melainkan cerita sederhana perilaku manusia yang berlebihan dan menyimpang. Film psycho menjadi contoh nyata bagaimana ia membangun ketegangan di sepanjang film melalui dialog, musik, dan angle kamera yang berbeda. Berkat kejeniusannya menggarap film tersebut, Hitchcock berhasil masuk nominasi sebagai sutradara terbaik dalam Academy Awards 1961. Film karyanya juga menjadi cabang genre horor yang lain, yakni thriller dan suspense.  

Sineas lain yang berhasil menghidupkan film horor adalah Wes Craven, John Carpenter, dan George A. Romero. Mereka sukses menyajikan film horor dengan gaya yang berbeda. Karya mereka pun mendapat respons positif. Ketiganya tidak hanya menghasilkan film berkualitas yang dapat menakuti penonton, tapi juga meraup keuntungan besar. Maka yang mereka buat tidak sekadar menjadi ikon, tapi memiliki daya tarik untuk dirilis kembali dalam bentuk sekuel atau reboot.  

Film A Nightmare on Elm Street karya Wes Craven, misalnya, sukses menelurkan delapan sekuel dengan tokoh penjahat ikonik Freddy Krueger yang diciptakan. Meski tak mengerjakan film sekuelnya, Craven berhasil menjadikannya tonggak lahirnya film horor franchise. Dengan tangan dinginnya, tercipta karya orisinal yang lain, yang turut membuka jalur baru dan diikuti oleh sineas lain, yakni film Scream.

John Carpenter dikenal lewat filmnya bertajuk Halloween. Film dengan gaya slasher ini merupakan salah satu film horor berkualitas yang sukses dan meraih banyak keuntungan. Ia selalu menciptakan cara berbeda untuk membangkitkan rasa takut. Sebuah konsep horor dengan ide unik disajikannya lewat film Christine. Film itu bercerita tentang mobil yang memiliki kekuatan jahat.  

Konsep horor yang lain ditawarkan oleh George A. Romero lewat film Night of the Living Dead, yang dirilis pada 1968. Berkat film tersebut, Romero dikenal sebagai pelopor film zombie, yang hingga saat ini masih menjadi tema yang menarik diangkat ke film layar lebar ataupun serial TV.  

Nama-nama sineas yang juga turut mengukir sejarah perfilman horor Hollywood adalah Tobe Hooper, Clive Barker, dan David Cronenberg. Para sutradara veteran horor itu ikut andil dalam munculnya generasi baru film horor. Mereka hadir dengan mengenalkan sensasi dan pengalaman tertentu di tengah gaya mainstream perfilman horor Amerika.  

Nama seperti James Wan dan Eli Roth diklaim sebagai generasi milenium yang dapat mendobrak gaya lama dengan rasa baru, dengan menciptakan ketakutan yang berbeda. Tak percaya, simak saja film The Conjuring, Insidious, Saw, dan Hostel.  

Photo by 🇸🇮 Janko Ferlič on Unsplash

Kuntilanak Goes Hollywood

Berbeda dengan ikon film horor Hollywood yang sengaja diciptakan oleh sutradara, film Indonesia mengambilnya dari cerita rakyat, yang sering berkaitan dengan takhayul daerah tertentu. Sebut saja Kuntilanak, Pocong, Suster Ngesot, Tuyul, dan Nyi Roro Kidul merupakan karya yang menampilkan ikon hantu populer.  

Related Stories

spot_img

Discover

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Nasionalisme Di Era Algoritma

Oleh: Denny JA (Di tahun 2024, sambil memainkan aplikasi kecerdasan buatan, anak muda itu merenungkan...

HUT, Destinasi Kuliner dan Gaya Hidup Terbaru di Bali

HUT Café kini hadir sebagai magnet baru bagi pencinta kuliner di kawasan Seminyak, Bali....

Apéritif dan Pinstripe Bar: Bawa Suasana Internasional ke Dunia...

Mendekati akhir 2024, duo restoran dan bar favorit di Bali, Apéritif dan Pinstripe Bar,...

Retreat Memikat di Plataran Puncak Resort

Rasakan keindahan Plataran Puncak Resort, destinasi sempurna untuk liburan tak terlupakan dan acara istimewa...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here