Sementara PT Bogasari, produsen tepung dengan Cakra Biru, Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan lain-lain, untuk menjalin relasinya dengan konsumen, yang sebetulnya bukan end user, membangun bakery school, memberi penghargaan buat para pembuat kue, dan mengirim mereka ke luar negeri untuk mengikuti kursus membuat kue, hingga membentuk paguyuban di kalangan pedagang mi.
Keempat, membangun komunitas yang terkait dengan merek tersebut. Suatu merek yang kuat senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan konsumennya, di antaranya dengan membangun komunitas dengan event-event yang diselenggarakan secara periodik.
Contoh yang paling baik adalah Harley Davidson yang menjadwalkan kegiatan rutin bagi para pemilik motor besar ini. Kendaraan roda dua yang menjadi simbol “kebebasan Amerika” ini mempunyai klub dengan anggota yang sangat loyal – bahkan ada yang menato tubuhnya dengan logo merek Harley Davidson.
Merek dan Citra
Merek dan citra mempunyai korelasi yang erat dan saling berhubungan satu sama lain. Membangun citra sebuah merek merupakan upaya untuk memantabkan strategi membangun merek seperti diuraikan di atas. Citra tidak bisa didapatkan dalam sekejap mata, tapi citra dapat rusak dalam sekejap mata. Artinya, sekali Anda melakukan kesalahan yang terkait dengan citra sebuah merek, sulit memperbaiki.
Membangun citra sebuah merek adalah membangun persepsi konsumen terhadap merek tersebut. Starbucks, misalnya, bukan sekadar kedai kopi. Kedai dengan 2.000 lebih gerai di seluruh dunia itu berhasil membungkus mereknya dengan memberikan fun hang out experience bagi para pelanggannya. Orang menggemari Starbucks bukan karena kopinya saja yang disajikan dalam berbagai variasi, melainkan juga karena pengalaman yang istimewa bila minum di tempat tersebut. Kecuali itu, sebagai merek global, Starbucks mempunyai brand value yang tinggi, yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Experiential Marketing
“The product is the experience,”ujar Howard D. Schultz, pencipta Starbucks yang legendaris, yang mengibarkan diri menjadi merek paling meroket sepanjang sejarah bisnis. Kredo itu pula yang agaknya dilakukan merek-merek kuat, sebutlah Bread Talk. Ini memang tidak sekadar toko roti, sejak awal Break Talk yang franchise-nya di Indonesia dipegang Johny Andrean ini dirancang sebagai bisnis berskala internasional yang didukung oleh experiential marketing yang dimiliki oleh gerai roti lainnya.
Dapur pembuatan roti dibiarkan terbuka sehingga bisa dilihat konsumen bagaimana roti dibuat. Tidak kurang dari 160 jenis roti yang disajikan secara terbuka, sehingga selain enak dipandang mata, aromanya yang tercium memberikan rasa sensasi tersendiri. Merek yang hadir di Indonesia baru dua tahun itu kini mempunyai 6 gerai yang dalam waktu dekat akan bertambah, dengan pengunjung yang tetap berjubel.
Sementara itu McDonald’s Indonesia, selain melakukan inovasi pelayanan, seperti 60 detik pelayanan di setiap konternya, juga memberikan kepada setiap pelanggan sebuah pengalaman yang beda dengan restoran lain yakni fun experience. Pelanggan menggemari McD bukan karena ayam gorengnya saja, melainkan juga karena pengalaman yang berbeda bila makan di resto tersebut. Happy Meal, paket makanan dari Mc Donald’s yang berhadiah mainan, misalnya, bukan makanan itu sendiri yang dijual, tapi keseluruhan gestalt, citra produk itu sendiri.
Marketing Public Relations
Image building atau pembentukan citra, dalam ilmu komunikasi, erat kaitannya dengan public relations strategy. Frank Jeffkins, pakar komunikasi terkenal di Inggris dan Amerika, menyebut media relations sebagai upaya untuk membangun citra positif suatu organisasi, perusahaan, atau merek.
Membangun suatu citra yang baik membutuhkan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. Menjalin hubungan baik dengan berbagai media massa yang akan mempublikasikan sesuatu tentang perusahaan atau merek, adalah langkah awal membangun citra yang baik. Lewat media itulah kita dapat menyebarluaskan secara maksimal informasi yang kita inginkan yang pada gilirannya akan tercipta suatu citra yang baik bagi perusahaan atau merek.