Rammang-rammang adalah sebuah tempat di gugusan pegunungan karst (kapur) Maros-Pangkep. Letaknya di desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar.
Luas taman hutan batu kapur Rammang-Rammang bertebar adalah 45.000 hektar dan merupakan kawasan karst terbesar ketiga di dunia, setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok. Terdapat dua kompleks taman hutan batu di Rammang-Rammang, yakni di utara dan di selatan.
Nama “Rammang-Rammang” berasal dari Bahasa Makassar, di mana kata “rammang” berarti “awan” atau “kabut”. Konon, ini sesuai dengan suasana di daerah itu, selalu ada awan atau kabut yang selalu turun, terutama di pagi hari atau ketika hujan.
Objek yang menarik di kawasan ini adalah taman hutan batu kapur, telaga, sungai, dan kampung tradisional. Untuk melihat sebagian kawasan tersebut kami menyusuri sungai dengan perahu motor. Kami membelah hutan bakau dan pepohonan, di tengah-tengah perbukitan. Sungguh sebuah keindahan alam yang sulit digambarkan.
Di hulu sungai terdapat sebuah perkampungan yang asri. Kami beristirahat sejenak di sebuah rumah milik tukang perahu tersebut, yang juga salah seorang pemuka di dusun tersebut. Siang boleh terik, tapi udara pegunungan yang semilir membuat suasana (terutama hati — cie cie…) menjadi adem. Ditambah dengan minuman kelapa muda atau secangkir kopi tubruk, sama nikmatnya!
Mini Cooking Class
Tidak berbeda dengan wilayah lain di Indonesia yang beriklim tropis, Makassar, juga Pulau Sulawesi pada umumnya, memang tergolong panas. Untunglah kami menginap di Best Western Plus Makassar Beach, yang mampu memberikan suasana teduh, ibarat sebuah oase di tanah Celebes.
Kegiatan berikutnya berpusat di hotel, yakni mini cooking class bersama chef Best Western. Yang menarik, restoran di hotel ini mengutamakan makanan lokal, bersanding dengan kuliner western. Makanan khas seperti coto, konro, pallubasa, ulu juku, dan pallumara adalah makanan-makanan andalan yang setiap hari dapat dinikmati di restoran.