BOLEH dikatakan setiap orang memiliki tokoh komik favorit dan superhero tersendiri. Cerita itu bisa diperoleh dari mana pun, salah satu sumber yang paling populer: komik.
Komik meliputi jenis manga, Marvel, atau DC. Tapi tahukah Anda tokoh superhero asal Indonesia? Ada sejumlah komik yang terkenal pada masa lalu, seperti Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, Pangeran Mlaar, Aquinos, Godam, dan Gundala Putra Petir.
Sayangnya, ketika komik Jepang dan Amerika masuk ke Indonesia, pamor komik lokal langsung menurun. Padahal sejarah mencatat Indonesia memiliki banyak komikus andal dan cerdas yang melahirkan banyak tokoh superhero lokal yang tak kalah dibanding komikus luar negeri.
Cerita panjang komik superhero Indonesia dimulai dengan munculnya tokoh heroik Sri Asih dan Siti Gahara karya R.A. Kosasih, serta tokoh Putri Bintang dan Garuda Putih karya John Lo, pada era 1950-an. Kemudian pada 1970 hingga 1980-an, komikus lokal menikmati masa kejayaan komik Indonesia. Saat itu yang naik daun adalah Godam, Si Buta dari Goa hantu, Walet Merah, Panji Tengkorak, Jaka Sembung, Bajing Ireng, dan Gundala Putra Petir.
Dari segi cerita, komik lokal tak kalah dibanding komik impor. Bahkan karakternya memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Panji Tengkorak, yang lahir dari tangan Hans Jaladara, misalnya, digambarkan dengan pakaian compang-camping, bertopeng tengkorak, dan selalu membawa peti mati. Berbeda halnya superhero saat ini, yang menunjukkan adanya kesan wah dengan warna yang mencolok.
Begitu juga dengan superhero besutan Hasmi, Gundala Putra Petir. Jagoan yang satu ini tak kalah tenar pada era 1970 hingga 1980-an. Kostum Gundala mengingatkan kita pada superhero asal Amerika, The Flash, yang memiliki kecepatan super.
Hanya saja, dari segi penceritaan, Hasmi memasukkan unsur legenda Ki Ageng Selo, yang memiliki kekuatan menangkap petir, sebagai sumber kemampuan karakter Gundala.
Kemampuan Komikus Lokal
Meskipun sempat kalah pamor oleh komik asing pada 1990-an, kini bermunculan bakat baru di dunia komik yang lebih matang, variatif, dan kreatif. Terinspirasi oleh kesuksesan heroik luar, para komikus itu mencoba mengikut tren superhero yang sedang digemari dan diaplikasikan dalam karya mereka, baik dari segi kostum, cerita, maupun strategi promosinya. Bukan hanya itu, sudah mulai banyak rumah produksi komik yang berfokus mengembangkan dan membangkitkan komikus underground.
Beberapa karakter sudah dikenal dan menarik penggemar komik, salah satunya Nusantaranger. Penciptanya adalah tim bertalenta, yang terdiri atas Shani Budi Pandita, Tamalia Arundhina, Keinesasih Hapsari Puteri, Sweta Kartika, Indra Arista, M. Bisri Mustova, dan Hendranto Pratama Putra. Nusantaranger merujuk pada serial Jepang, dengan jagoan yang beranggotakan lima orang yang memiliki kekuatan super.
Komikus lain, Galang Tirtakusuma, menghadirkan kisah superhero Go! Garudaboi, yang dikemas dengan karakter serta cerita yang ringan dan lucu. Seperti pada zaman keemasan komik Indonesia, unsur komedi tak pernah lupa dimasukkan.
Tak ketinggalan duo partner Aswin M.C. Siregar dan Marcelino Lefrandt menghadirkan karakter Volt pada 2012, di bawah bendera Skylar Comics. Volt adalah superhero yang memiliki kekuatan listrik. Latar cerita diambil dari beberapa tempat di Indonesia, seperti Kota Jakarta, Kepulauan Seribu, dan Gunung Krakatau.
Tak hanya ingin menarik hati penggemar lokal, go international menjadi mimpi terbesar keduanya. Kini saatnya Indonesia menunjukkan potensi dan karya yang belum sepenuhnya dikenal. Yang terpenting adalah kebangkitan komik Indonesia yang mendorong komikus muda berani berkarya.
Sumber: MALE Zone, MALE 141