Pop Music

Pop music bisa mewarnai berbagai jenis musik lain yang digemari oleh publik penikmatnya. Ini merupakan genre musik yang lahir di Barat pada 1950-an dan 1960-an, yang berawal dari kehadiran rock ‘n’ roll. Namun, jangan salah, pop music tidak sama dengan popular music.   

Memang, hingga kini belum ada kesamaan tentang definisi pop music. David Hatch dari BBC dan Stephen Millward, penulis buku From Blues to Rock, misalnya, menyatakan music pop merupakan kesatuan yang berasal dari musik populer, jazz, dan folk. Adapun Peter Seeger menyebut pop music berasal dari musik folk dan fine arts.  

Yang jelas, pop music sering dikaitkan dengan penggambaran tangga lagu single, dengan sumber musik bergenre klasik, jazz, rock, dan sebagainya. Istilah pop, yang dikenal dengan pop song, pertama kali muncul pada 1926, yang menggambarkan lagu yang memiliki popularitas luas. Hatch dan Millward mengungkapkan, rekaman kala itu menjadi penanda kelahiran industri musik modern, seperti country dan blues.  

Istilah pop music, menurut Grove Music Online, berasal dari Inggris sekitar pertengahan 1950-an, yang menunjukkan adanya pengaruh rock ‘n’ roll dan jenis musik lainnya yang digemari anak-anak muda. Sementara itu, menurut The Oxford Dictionary of Music, istilah tersebut pada awalnya dipakai untuk menggambarkan pertunjukan musik yang memiliki jumlah penonton yang banyak.   

Pada 1960-an, di Inggris, penggunaan istilah pop music dan beat music tumpang-tindih, seperti halnya di Amerika Serikat dengan rock ‘n’ roll. Namun perubahan terjadi pada 1967. Istilah pop music digunakan untuk membedakannya dengan rock music.   

Pembedaan tersebut tidak berhubungan dengan kreativitas bermusik, tapi menyangkut karakteristiknya. Rock dinilai memiliki karakter yang otentik dan jauh lebih populer, sedangkan pop lebih komersial, mudah diakses, serta cepat berlalu.

Simon Frith, sociomusicologist asal Inggris, yang mengatakan bahwa pop music dibuat sebagai hasil produksi industri, didesain untuk semua orang, dan tak berasal dari tempat atau selera tertentu. Jenis musiknya termasuk konservatif, tapi dibuat di kalangan atas, bukan berasal dari bawah. Pop music pun dianggap tidak memiliki karakter do it yourself, tapi dibuat dan dikemas secara profesional.   

Pemanfaatan Teknologi Baru

Pada 1980-an, MTV, yang sedang naik daun, dimanfaatkan sebagai jaringan televisi yang mengalami perkembangan cukup pesat. Saat ini, dengan teknologi digital, pop music berkembang jauh semakin luas.  

Pemanfaatan televisi sudah dilakukan sejak 1950-an, yang membuat bintang pop music tak hanya dikenal suaranya, tapi harus menunjukkan sosoknya. Sebelumnya, pada 1940-an, mikrofon berkembang lebih baik sehingga menghasilkan suara yang lebih sempurna.   

Bergerak pada 1960-an, radio transistor portabel tak lagi mahal. Hal itu membuat setiap orang dapat mendengarkan siaran radio, terutama musik, tak lagi hanya di rumah. Pendengar radio ini terutama kalangan remaja kala itu.  

Pemanfaatan teknologi terbaru termasuk dalam proses produksinya. Teknologi rekaman selalu berkembang, yang sejak masa analog hingga saat ini memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Selain itu, rekaman, yang hanya dengan dua kanal, berkembang menjadi empat kanal, dan kini menghasilkan banyak kanal, sehingga menjadikannya lebih baik.   

Pemanfaatan teknologi dengan jaringan yang lebih luas seolah menjadi keharusan bagi pop music. Jaringan Internet dengan teknologi digital yang semakin berkembang membuat pop music memasuki level berikutnya. Media sosial yang bisa menampung kebutuhan pop music seolah tak mengenal batas.   

Sebut saja YouTube, yang dapat membawa audio dan visualisasi artis sampai ke ruang pribadi penikmatnya. Bahkan tak diperlukan peralatan besar untuk melihat si artis. Hanya dengan alat yang digenggam, di mana dan kapan saja musik pop dapat dinikmati.   

Sumber: MALE 134

Related Stories

spot_img

Discover

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Nasionalisme Di Era Algoritma

Oleh: Denny JA (Di tahun 2024, sambil memainkan aplikasi kecerdasan buatan, anak muda itu merenungkan...

HUT, Destinasi Kuliner dan Gaya Hidup Terbaru di Bali

HUT Café kini hadir sebagai magnet baru bagi pencinta kuliner di kawasan Seminyak, Bali....

Apéritif dan Pinstripe Bar: Bawa Suasana Internasional ke Dunia...

Mendekati akhir 2024, duo restoran dan bar favorit di Bali, Apéritif dan Pinstripe Bar,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here