SUATU ketika Sheraton Bali Kuta Resort memperkenalkan program, salah satunya Sunset Gatherings, yang memberikan pengalaman unik kepada tamunya untuk berkuliner ria sambil menikmati sunset di pantai Kuta yang dramatik. Yang menarik, hotel yang tergabung dalam kelompok Starwood itu tidak hanya mengundang media, tapi juga food blogger dari Indonesia dan manca negara.
Yang ingin dikatakan di sini, blogger, dalam hal ini yang menulis kuliner, mulai penting, bahkan sejajar dengan media. Nara sumber sudah mulai memperhitungkan kehadiran mereka, dalam membantu publikasi.
Danti Yuliandari, Public Relations Manager Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua, menyebut sudah menjadi agenda Marketing Initiative Marriott International pada 2015 mengundang blogger (travel ataupun food). “Kalau dipersentasekan, besarnya mencapai 70 persen,” ujar Danti. Ia mengungkapkan, Marriott sekarang lebih berfokus pada generasi millennial dan dunia digital. “Millennial generation lebih percaya rekomendasi atau review dari blogger, instead of advertisement atau traditional promotion lain,” ucapnya.
Dalam acara The Tonight Show Starring Jimmy Fallon, stand-up comedian dari Amerika Serikat, Sebastian Maniscalco, melempar bit sarkastis tentang food blogging. “Who’s got the time to write an 18 page essay on asparagus they had last night,” ujarnya.
Yup, food blogging memang merupakan kegiatan yang sedang digemari sehingga tidak mengejutkan jika Maniscalco membuat bit tersebut. Banyak pencinta makanan yang akhirnya mencoba menulis pengalaman mereka. Bukan hanya itu, mereka pun memotret makanan yang akan atau sedang dinikmati, sehingga tulisan yang diunggah menjadi lebih hidup.
Latar belakang peminat food blogging ini bermacam-macam, mulai pelajar hingga pekerja kantoran. Mereka yang melakukan hal itu dikenal sebagai food blogger.
Tapi kenapa para penulis ini memilih makanan sebagai topik utama? Bagi Soya Yanagawa, food blogging merupakan kegiatan pelepas penat dari rutinitas sebagai pegawai kantoran. “Work hard, play hard adalah ide cemerlang untuk menyeimbangkan kehidupan bekerja saya. Supaya tidak merasa tertekan dalam pekerjaan, ada baiknya kita melakukan hal-hal yang kita gemari. Makan dan bercerita adalah dua hal yang paling saya gemari, jadi kenapa tidak menggabungkan keduanya,” kata Soya, yang menumpahkan kecintaannya akan dunia kuliner di soyavsfood.com.
Pria keturunan Jepang ini menjelaskan, ada sejumlah hal yang menjadikan makanan menarik ditulis, di antaranya, cerita di balik makanan, cerita sewaktu memakan makanan, detail tentang bahan makanan, serta pendapat, penilaian, atau masukan mengenai makanan tersebut.
Adapun menurut Yenny Michael, pemilik https://yennyw.wordpress.com/, adanya tantangan dalam tulisan akan membuat orang tertarik mencoba makanan tersebut. Itulah yang membuat food blogging menjadi kegiatan yang menyenangkan dilakukan.
Search Engine Optimization
Teknologi digital yang semakin berkembang ternyata mendorong tumbuhnya food blogger. Soya Yanagawa mengungkapkan, sejak dulu cara paling tepat mempromosikan makanan atau restoran adalah dari mulut ke mulut. Nah, menurut dia, saat ini kegiatan itu sudah didukung era digital, yang memungkinkan informasi bergerak dengan cepat. “Untunglah, kita bisa menikmati masa, ketika sarana dan media yang ada hadir dengan lebih banyak variasi serta cakupan yang luas,” katanya.
Tak dimungkiri blog merupakan media yang efektif untuk berpromosi, yang ditambah hadirnya media sosial yang akan membantu meningkatkan lalu lintas kunjungan ke blog.
“Biasanya, jika blogger selesai menulis review, otomatis kita akan memasangnya di media sosial juga. Jangan kaget bila melihat jumlah pengikut beberapa penulis blog makanan sudah melebihi selebriti,” Soya menjelaskan.
Alhasil, food blogger di Indonesia tidak kalah dibanding yang berasal dari luar negeri. Hal ini diukur dari impression dan engagement yang dihasilkan oleh blog content ataupun media sosial milik bloggeritu.
Karena itu, food blogging bisa dibilang cukup efektif dan efisien untuk mempromosikan produk. Pada era digital ini, food blogging sangat membantu optimalisasi di media pencari seperti Google. Semakin banyak yang menulis review sebuah produk, semakin bergaung juga produk yang ditawarkan. Walhasil, orang akan mudah mencari informasinya di mesin pencari.
Hal itu lebih dikenal dengan search engine optimization. Mengingat kini kehidupan manusia sudah memasuki era digital, kegiatan food blogging bisa jadi akan berlangsung lama.
Sumber: MALE Zone – Witanto Prasetyo, MALE 129