Platform versus Konten

“Yang kami lakukan pertama kali adalah membuat konten yang bagus, berikutnya adalah berpikir bagaimana mengemasnya dengan baik, sehingga memudahkan pembaca untuk mengaksesnya,” ujar Diaz.  

Berfokus semata-mata pada platform, katanya, terlalu cupet. “Setiap orang bisa membeli traffic (yang jamak di media online). Strategi kami adalah untuk memastikan bahwa setiap platform secara individual dapat mencapai tujuan untuk menjangkau pembaca, serta terjadi konvergensi dengan platform lain untuk meningkatkan efisiensi,” jelasnya.

Tampilan keren semata bukanlah “ekstra”

Tidak ada hambatan bagi publisher untuk masuk ke media digital, terutama yang terjadi di negara-negara maju. Membuat sebuah web dan dioptimalkan dalam bentuk mobile tidak lagi menjadi tantangan yang berarti saat ini. Banyak orang yang telah menggunakan aplikasi untuk masuk ke media digital, untuk mendapatkan pengalaman visual yang menarik, terlepas dari isi.  

Tapi semua ini adalah bonus, karena orang pada dasarnya malas untuk menyentuh layar ponsel atau tablet, untuk membesarkan gambar atau interaksi. Konten, lagi-lagi, adalah daya tarik utama bagi pembaca untuk mengeksplorasi media digital lebih dalam.  

Penerbit, mau tidak mau, dituntut untuk menyediakan konten yang menarik – tentu dengan foto-foto yang keren, tentu saja, untuk media gaya hidup, kendati untuk mendapatkannya diperlukan biaya besar.  

Konten sebagai panjaga stabilitas di tengah evolusi platform

Platform akan terus berkembang, mungkin juga belum ketahuan ujungnya, tapi konten adalah pasti dalam kemasan apa pun.  

Sebagian besar pembaca pun memahami bahwa penerbit tidak dapat mengatasi, mengejar ketertinggalan dengan segera untuk setiap platform yang baru. Pamela Maffei McCarthy, wakil editor digital untuk The New Yorker, mengatakan kepada Pew Research, “Kami ingin selalu berada di hati pembaca, tapi kadang-kadang sulit sekaligus untuk menghadirkan dalam format platform terkini.”  

Artinya, penerbit harus memperkuat konten, yang sewaktu-waktu bisa diperuntukkan di platform apa pun, sesuai dengan perkembangan – yang ujung-ujungnya meningkatkan pendapatan publisher.  

Strategi memperkuat konten pada platform baru seharusnya menjadi proses yang terintegrasi dengan strategi pengembangan sisi bisnis dalam sebuah penerbitan. Dengan kata lain, Anda harus memastikan mengembangkan jumlah pembaca, menambah pendapatan iklan, serta membesarkan bisnis ke depan, sejalan dengan penguatan dan pengembangan konten dalam platform yang tersedia. (Burhan Abe)  

Editor’s Note – MALE 97

Related Stories

spot_img

Discover

Pemasaran Influencer di Asia Tenggara: Masa Kini & Masa...

Survei Vero terhadap influencer di Asia Tenggara memberikan gambaran mendalam tentang strategi pemasaran influencer...

Lulu Bistrot Hadirkan Menu Sunday Brunch Terbaru

Nikmati pengalaman brunch santai khas Prancis di spot favorit Canggu setiap Minggu. Minggu Anda kini...

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Nasionalisme Di Era Algoritma

Oleh: Denny JA (Di tahun 2024, sambil memainkan aplikasi kecerdasan buatan, anak muda itu merenungkan...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here