Dalam dunia nyata, seorang cracker bisa dijumpai dalam wujud seperti personalcracker maupun corporatecracker. Ia mencontohkan seorang personal cracker ialah CEO Bank Jawa Barat (Jabar) Agus Ruswendi yang berhasil membawa Bank Jawa Barat dari bank daerah yang ‘berwawasan’ sempit menjadi bank nasional. Selain itu ditangannya, Bank Jabar menjadi bank daerah pertama yang tercatat di bursa saham.
Sosok lainnya adalah CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar yang berhasil mengembalikan citra Garuda Indonesia ke dunia penerbangan internasional. Pada tahun 2010, Garuda berhasil terbang ke Eropa. Masih banyak cracker-cracker lainnya termasuk CEO XL Axiata Hasnul Suhaimi yang telah membawa ‘revolusi’ tarif telepon seluler dengan menawarkan tarif super murahnya dan lain-lain.
Sementara itu dari sisi corporate, cracker bisa ditemukan dalam kasus PT Holcim Indonesia, sebuah perusahaan semen yang melakukan perubahan bisnis tidak hanya sebagai produsen semen, namun juga menawarkan konsep solusi rumah sebagai tempat konsultasi pembangunan rubah bagi konsumen yang sebelumnya tak pernah ditemukan.

Selain itu, ada juga PTT HM Sampoerna yang mengambil sikap agar industri rokok diperketat dan implementasi larangan anak-anak merekok. Padahal disaat yang bersamaan produsen rokok lainnya meminta proteksi pemerintah dan meminta peraturan diperlunak.
Di masa lalu, cracker juga bisa ditemukan misalnya Sosrodjojo pendiri teh botol sosro, Tirto Utomo pendiri Aqua yang menyulap minuman minuman mineral menjadi komersil sekaligus mengubah wajah industri minuman, Purnomo pendiri Bluebird menciptakan armada taksi dengan sistem agro dan melayani pemesanan online. “Terlepas dari masalah yang dihadapinya, Ibnu Sutowo itu adalah cracker, ia membangun Pertamina dari nol, memperkenalkan bahan bakar gas seperti LNG, LPG,” kata peraih gelar Ph. D. dari University of Illinois, AS.