The Infotainment Parliament

Tahun 2003 bersama Dede Yusuf ia diminta PAN jadi legislatif. Ketika itu secara mental ia belum mantap. Ia menilai, masih banyak orang yang hebat darinya. Baginya politik merupakan pilihan terakhir. Akhirnya ia tetap memutuskan jadi pelaku bisnis.

Ikang menambahkan, “masalah sosial, hukum dan ekonomi belum memuaskan masyarakat. Pengalaman yang saya miliki, saya rasa sudah cukup untuk ikut berpartisipasi di legislatif. Kebetulan saya artis, jadi saya dipinang. Sebelumnya, saya juga pernah dipinang PAN untuk jadi Wali Kota Tangerang,” ujar caleg PAN – daerah pemilihan Banten. 

Caleg Instan

Bukan hanya partai baru, Pemilu 2009 mendatang akan diramaikan caleg artis yang terkesan instan. Publik berharap, kehadiran mereka mampu memperbaiki kondisi negara. Sekurang-kurangnya bisa memperbaiki citra legislatif. Namun tidak semudah yang dibayangkan. Indonesia hanya bisa dibenahi oleh orang yang punya integritas dan nasionalisme. Tidak mungkin oleh wakil rakyat yang tidak punya integritas dan nasionalisme.

Leo Nababan, Koordinator Bidang Pemenang Pemilu Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darusallam meragukannya, “untuk melahirkan caleg berkualitas kita harus melakukan pengkaderan. Selain itu kita juga harus memperhatikan kredibilitas, track record, moralitas, ketaatan pada Nenaga Kesatuan Republik Indonesia, UUD 1945 dan kemampuan sebagai legislator.”

Leo menambahkan, yang tak kalah penting adalah pemahaman tentang kepemimpinan. Para caleg harus dididik tentang kepemimpinan. Ini banyak tidak diperhatikan partai politik. Padahal itu masalah krusial. Partai adalah tempat penggodokan dan pembibitan kader-kader bangsa. “Jangan seperti sekarang, untuk mendongkrak suara menggunakan popularitas artis.” 

Menurut Leo, selain kemampuan dan uang, para legislator harus paham tentang teori ketatanegaraan. Agar kesenjangan antara aspirasi dengan pengambil keputusan tidak terlalu jauh. “Saya pernah menemani Pak Agung Laksono ke Cina. Di sana, untuk sampai menjadi anggota politbiro partai mereka dikader selama 15 tahun. Sementara di kita cuma beberapa minggu. Pembibitkan kader harus dimulai sedini mungkin. Tidak pas mau pencalonan saja, setor uang terus masuk jadi caleg. Caleg harus disiapkan jauh hari dan by design,” tambahnya.

”Bukan hanya karena punya uang dan hubungan khusus dengan tokoh politik terus bisa jadi caleg. Cara seperti itu akan menimbulkan kesan instan. Sesuatu yang bersifat instan bisanya tidak bagus,” tambahnya. 

Menurut pengajar pasca sarja ilmu politik Universitas Indonesia, Lilir Romli, kehadiran artis merupakan bentuk politik instan. Mereka digunakan partai hanya untuk mendulang suara. Begitu juga sebaliknya, artis juga memanfaatkan kepopuleran untuk terjun ke politik dan menjadi pejabat publik.

”Meski demikian, caleg instan harus dilihat kapasitasnya. Terutama dalam hal kemampuan berorganisasi, mengartikulasikan kepentingan di tengah masyarakat akar rumput, serta kapasitas berbicara di tingkat elite partai, media masa, maupun elite lokal,” ujar Lili saat di temui di sekretariat pasca sarjana ilmu Politik Indonesia, Salemba Jakarta.

Hal itu dibantah oleh Wanda Hamidah, tidak semua artis seperti itu. Sebagian artis juga punya kemampuan dalam berpolitik dan berorganisasi. Kemampuan yang mereka miliki tak kalah dengan para politisi. ”Saya sudah berorganisasi sejak dari mahasiswa, saya masuk PAN sudah 10 tahun. Saya menduduki jabatan penting di PAN dan terlibat dalam berbagai keputusan partai,” tambah Wanda. (Abe)

ME – November 08

Related Stories

spot_img

Discover

Vero Angkat AI ke Depan Panggung PR dan IMC

Vero memperkenalkan pentingnya Artificial Intelligence (AI) dalam komunikasi modern melalui seminar di Universitas London...

Pemasaran Influencer di Asia Tenggara: Masa Kini & Masa...

Survei Vero terhadap influencer di Asia Tenggara memberikan gambaran mendalam tentang strategi pemasaran influencer...

Lulu Bistrot Hadirkan Menu Sunday Brunch Terbaru

Nikmati pengalaman brunch santai khas Prancis di spot favorit Canggu setiap Minggu. Minggu Anda kini...

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here