
Pusat produksi Royal Selangor terletak di Setapak Jaya, Kuala Lumpur. Pabriknya yang bersih, tertata apik dan artistik, langsung menunjukkan kelasnya. Di pintu masuk sisi kanan terdapat Tankard terbesar di dunia (masuk dalam Guinness Book of Record). Berbagai hasil karya yang dipajang, baik dari timah hitam maupun timah putih, tampak mewarnai ruangan galeri.
Di sini juga terdapat museum yang memajang 75 buah karya, mulai dari kotak tembakau, lampu minyak, lentera China rumit dengan motif bunga lotus sampai peralatan pembuat pewter yang telah berusia satu abad.
Bagi para pemburu barang-barang seni, Royal Selangor Pewter adalah pilihan yang tepat. Di tempat ini, para wisatawan tak hanya dapat membeli barang-barang kerajinan khas Malaysia, tapi sekaligus dapat pengetahuan, asal usul timah, cara mengolahnya, serta menjadikannya produk seni. Di tempat ini juga tersedia toko cenderamata non pewter, yakni perhiasan berbahan emas.
Ada pun Putrajaya merupakan pusat Kerajaan Malaysia. Inilah “kota baru” yang dibangun di atas lahan 4.932 hektare, terletak di selatan Prang Besar, Selangor, pindahan dari Kuala Lumpur akhir 1980. Di sini terdapat 23 kantor kementrian yang terpusat pada satu wilayah.
Tertata asri, Putrajaya merupakan kawasan dengan pemandangan yang sangat mempesona. Tidak hanya bangunan-bangunan modern dengan karakter Melayu, 38% lahan digunakan untuk kawasan hijau taman, danau dengan kedalaman 3-14 meter, lengkap dengan jembatan-jembatannya yang eksotik. Ada delapan jembatan dengan desain yang merefleksikan kebudayaan lokal, tapi ide dasarnya justru meniru jembatan-jembatan legendaris di dunia.
Untuk menikmati pesona alam Putrajaya, tersedia dua pilihan transportasi yang tersedia, yaitu naik perahu tradisional Malaysia atau dengan cuise modern. Dari tasik (danau) itulah kita bisa menyaksikan lebih dekat Masjid Putra, yang bangunan bundarnya terbuat dari granit berwarna merah muda, kompleks pemerintahan, beberapa bangunan pentadbiran kerajaan, taman-taman tropis, rumah mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Muhamad, dan tentu saja jembatan-jembatan eksotik. Sungguh seronok! (Burhan Abe)