Sonia menceritakan, bisnis restoran yang ia tekuni bersama teman temannya, yaitu restoran yang sehat, bahan bakunya tanpa MSG, hanya bumbu-bumbu alami. Jadi sambil berbisnis, ia bisa membantu masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Sementara di bisnis fashion, ia membuka butik berlisensi internasional. Shanghai Tang berpusat di Hong Kong, didirikan oleh David Tang, tetapi dimiliki oleh perusahaan Prancis, yang juga memiliki merk-merk internasional seperti Cartier dan Dunhill.
Terjunnya Sonia ke bidang bisnis, bukannya Sonia tidak menikmati dunia entertainmen karena memang hobinya berhubungan, berkomunikasi dan berelasi dengan orang banyak tersalurkan. Sonia hanya melihat bahwa sebagai presenter atau bintang iklan, adalah jalan lain untuk membantu mengedukasi masyarakat di bidang kesehatan, sesuai profesinya sebagai seorang dokter. Tapi di kedua bidang tersebut, meski honornya lumayan besar, ia merasa sifatnya sementara. Dengan kata lain, dalam jangka panjang, ia tidak mungkin bergantung dari kedua profesi tersebut, yang hanya melengkapi fungsinya sebagai dokter.
“Jadi, tiap bidang saya tekuni karena bisa memberikan arti hidup yang berbeda-beda, tersendiri, dan saling melengkapi. Yang satu untuk membantu sesama, yang lain untuk mengumpulkan uang,” kata bintang iklan Dettol, Actimo, Citibank, Hero, Top 1, dan Sido Muncul itu.
Model sampul beberapa majalah itu mengaku belajar dari buku karangan Robert Kiyosaki, “Rich Dad Poor Dad”, bahwa bekerja sebagai presenter, iklan, bintang film, dan lain lain di dunia entertainmen masih termasuk di golongan “Rat Race”, atau balapan tikus. Berarti masih keliling-keliling saja di satu lingkaran. Belum naik kelas. Tapi jika kita sebagai produsernya, berarti kita memiliki bisnis yang bisa jalan sendiri tanpa kita, yang bisa menghasilkan uang untuk kita, itulah entrepreneur sejati. “Itulah yang dapat lebih menjamin dan menjanjikan kecukupan materi di masa depan kita,” ujarnya.
Saat ini Sonia memang tidak terlalu muluk-muluk terhadap dua usahanya yang tergolong baru, tapi penulis kesehatan untuk beberapa majalah ini sangat optimistik. Sup Sip yang berkonsep makanan “sehat alami” sangat berpotensi menarik pengunjung, karena lokasinya yang dekat dengan perumahan dan perkantoran. Sementara Sanghai Tang, yang hadir di Indonesia, Mei 2005 lalu, produknya mempunyai karakter yang kuat, menawarkan baju bercorak Chinese dan Tibet. Bisa cheongsam, juga pakaian sehari-hari seperti kaus, sweater, tank top, celana, jaket, jaket kulit, jeans, yang semuanya bercorak Oriental.
“Yang jelas, kualitasnya nomer satu. Sekali Anda pegang bahannya, langsung tak terlupakan rasanya,” ujarnya berpromosi.
Koleksi Shanghai Tang, demikian Sonia, merupakan perpaduan antara old China fashion dengan aliran modern yang berani, baik dari segi gaya maupun warnanya. Warna-warna yang sering dipakai adalah neon pink, tart lime, confectionary blue, dan warna warna terang lainnya, meski ada juga warna-warna kalem dan klasik, seperti hitam dan krem. Di Tomb Raider seri 2, Angelina Jolie terlihat mengenakan salah satu koleksi kemeja sutra biru bermotif dari Shanghai Tang. Sementara di serial Friends, Jennifer Aniston tampak membawa ke mana-mana tas bayi merek Shanghai Tang, yang langsung memberikan inspirasi ke seluruh dunia tentang baby bag.
Cerita yang lebih unik datang dari Nia G. Indra (32 tahun) dan Yulfi H. Herman (35 tahun), yang sukses mendulang bisnis gaya hidup. Dua ibu muda cantik ini tadinya suka belanja tas bermerek. Tadinya memang untuk dipakai sendiri, tapi lama kelamaan justru menumpuk di gudang. “Tadinya saya terpikir untuk melakukan garage sale. Kemudian saya bertemu dengan Yulfi sahabat saya yang juga hobi berburu tas, bahkan ke luar negeri. Klop, kita sepakat membuka butik untuk tas second,” ujar Nia.
Niat mereka itu kemudian mereka wujudkan dengan membuka Upstairs Boutique pada 1998. “Promosinya memang dari mulut ke mulut, memanfaatkan jaringan pertemanan kami. Seru, pada awal penjualan kami bisa menghabiskan 50-an tas,” kata Nia sambil menambahkan bahwa harganya branded bag tersebut berkisar Rp 5 – 10 juta.
Kini, Upstairs yang berlokasi di bilangan Panglima Polim sudah tidak asing lagi di kalangan elite di Jakarta. Di situlah Nia, ibu tiga anak, dan Yulfi, ibu dua anak, ‘menjaring’ pelanggan yang terdiri dari ibu-ibu muda yang gandrung fashion, ibu-ibu pejabat dan tentu saja, para selebriti. Dari pelanggan, kemudian berkembang menjadi teman. Dari obrolan, tercetuslah ide untuk meluaskan lagi usaha butik berikutnya, kali ini mereka tidak berdua saja, namun bertambah 11 mitra yang lain, namanya Socialite pada tahun 2003.