Sejak awal Joe tidak diproduksi dengan main-main, apalagi dimaksudkan untuk melecehkan kaum perempuan. Tayangan ini justru mempunyai pesan moral, mempertanyakan kembali, mana yang lebih berperan dalam hidup ini, cinta ataukah harta.
Kalau pun hasilnya, secara kreatif maupun filmis, tidak sesuai dengan yang diharapkan, itu persoalan lain. Para kritikus dan pengamat bisa mempunyai alasan, sedangkan para profesional di balik pembuatan Joe bisa mempunyai argumen tersendiri pula. Masih bisa menjadi perdebatan.
Tapi kalau eksesnya ternyata menyinggung sebagian masyarakat kita, saya hanya bisa minta maaf setulus-tulusnya. Duh, maafkan daku! It’s just a game to entertain viewers and TV has never been a first reality. It’s just a second reality! (Burhan Abe)
Jakarta, 21 April 2005
Her World Magazine