Frans, yang pengusaha sukses, mengaku tahu jalur untuk mencari model plus. Ia pernah mengencani model kelas pemula hingga para model yang wajahnya menghiasi sampul majalah hiburan, bahkan model sekelas bintang iklan dan pemain sinetron yang cukup populer di masyarakat. Untuk itu ia rela untuk mengeluarkan uang Rp 3,5 hingga Rp 10 juta lebih untuk sekali pakai. Asal tahu saja, tarif PSK yang paling tinggi, sebutlah yang berasal Uzbekiztan atau Amoi yang berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 3,5 juta.
Bagaimana menentukan tarif model? Popularitas. Jam terbang para model menjadi penentu tarif mereka, artinya semakin banyak media cetak atau elektronik yang memajang wajahnya, maka semakin mahal pula tarifnya. Itu sebabnya, para agensi (baca: germo) dengan segala cara berusaha memasukkan anak buahnya ke tabloid dan majalah, atau menyalurkan ke sinetron-sinetron kendati hanya manjadi figuran, misalnya.
Model adalah seseorang yang bertugas untuk memamerkan suatu produk, juga menjadi ikon produk bersangkutan. Menjadi cover sebuah majalah adalah bagian dari peran yang ia jalankan, untuk menambah daya tarik majalah tersebut. Atau melanjutkannya menjadi pemain sinetron. Tapi jika mereka yang mengaku model terlibat praktek prostitusi terselubung ini, masihkah layak mereka menyandang profesi model?
Simbiosis mutualisme, inilah yang terjadi, yang hanya bermuara kepada satu kata, yaitu uang dan syahwat. Di satu sisi para pemburu model plus ingin meluapkan berahinya, di sisi lain sang model pun juga ingin rupiah besar dalam waktu yang relatif singkat.
Majalah ME No 65, 2006